Bagaimana Pengaruh Islam Radikal di Indonesia?
Lebih dari separuh umat muslim Indonesia prihatin dengan tumbuhnya ekstremisme Islam di negara mereka, menurut laporan khusus Pew Research Center. Para pemimpin Islam di panel CT ditanya tentang sejarah Islam konservatif dan ekstremisme di Indonesia dan bagaimana pemerintah melawannya.
Halim Mahfudz: Saya yakin hanya sedikit umat Islam yang berpikir syariah harus diterapkan di tingkat nasional. Ada individu atau kelompok yang ingin menjadikan Indonesia negara Islam, seperti Gerakan Darul Islam dan gerakan separatis pada tahun 1950-an, namun dibubarkan oleh pemerintah Indonesia. Sebagian kecil umat Islam mendukung atau melakukan pemberontakan karena kelompok tersebut hanya terbatas di wilayah tertentu di Jawa Barat.
Aksi teror masih terjadi secara kasus per kasus karena kelompok tersebut masih menganggap terorisme sebagai sarana mereka untuk mencapai tujuan. Mereka tidak menemukan cara lain untuk menarik perhatian dan melampiaskan dorongan destruktif mereka.
Namun, secara institusional, gerakan teroris yang terorganisir semakin berkurang karena gerakan tersebut semakin dibatasi oleh pemerintah dan partisipasi masyarakat. Kita juga mengamati bahwa di masa lalu, terorisme di Indonesia sering dikaitkan dengan kelompok garis keras, seperti Wahhabi di Arab Saudi. Namun kini tidak ada hubungan resmi antar kelompok tersebut.
Inayah Rohmaniyah: Penelitian antropolog Belanda Martin van Bruinessen menyebutkan “perubahan konservatif” di Indonesia dalam dua dekade terakhir, yang menunjukkan bahwa kelompok konservatif, eksklusif, dan militan bangkit kembali karena terbukanya saluran demokrasi di era Reformasi [setelah kejatuhan Presiden otoriter Suharto pada tahun 1998]. Dulunya mereka beroperasi secara tersembunyi, namun kini semua orang bisa leluasa mengutarakan pandangannya di ruang publik, sehingga wajar jika kelompok seperti itu muncul kembali.
Selama Indonesia masih menjadi negara demokratis, kelompok konservatif akan tetap ada karena hal tersebut merupakan bagian dari kebebasan berpendapat. Ada ketakutan bahwa kelompok-kelompok ini akan mengganggu stabilitas negara atau berupaya mengubahnya menjadi negara Islam. Namun, hal ini hanyalah gesekan dalam demokrasi. Mereka tidak mewakili mayoritas.
Ekstremisme juga menjadi ancaman bagi umat muslim karena merusak citra Islam. Hal ini menghalangi Islam untuk menjadi rahmatan lil-alamin (rahmat bagi semua). Ancaman ekstremisme yang mewakili kelompok minoritas ibarat nila setitik rusak susu sebelanga bagi Islam di negeri ini.
Buletin-buletin gratis
Ada kemajuan signifikan dalam upaya melawan kelompok ekstremis. Pemerintah dengan berani membubarkan HTI, sebuah kelompok yang bertujuan mendirikan negara Islam dan menyatakan dirinya “berperang melawan” upaya pelestarian Pancasila dan Indonesia. Selain pemerintah, lembaga keagamaan dan organisasi masyarakat sipil lainnya juga berperan sebagai pengawal.
Amin Abdullah: Meningkatnya tren konservatisme bergantung pada iklim sosial dan politik. Pada tahun 1990-an, Perang Soviet-Afganistan dan Perang Teluk menabur benih-benih gerakan trans-nasionalisme radikal dan ekstremis yang akhirnya masuk ke Indonesia.
Namun, kelompok ekstremis dan radikal menyebabkan kekacauan sosial di tempat-tempat seperti di Afghanistan dan Suriah. Jika hal ini terjadi di Indonesia, maka citra Islam akan tercoreng dan kehidupan manusia serta bangsa akan kacau balau.
Akan tetapi kita tidak hidup dalam ruang hampa. Meskipun segala sesuatunya baik-baik saja di dalam negeri, ada permasalahan di luar negeri yang dapat mempengaruhi kita. Ideologi ekstremis atau radikal tidak bisa sepenuhnya diberantas. Namun kita bersyukur sudah ada peraturan yang melarang organisasi radikal. Pada bulan Oktober saja, badan kontra-terorisme nasional menangkap 18 tersangka teroris. Pemerintah harus tetap waspada karena ketika pemerintah aktif, aksi terorisme tidak akan semakin meluas.
Baca biografi para panelis kami di artikel utama seri ini, Mengurai Pancasila: Bagaimana Umat Islam dan Kristen di Indonesia Mengusahakan Persatuan. (Artikel lain dalam seri khusus ini tercantum di sebelah kanan pada desktop atau di bagian bawah pada perangkat seluler.)
Diterjemahkan oleh Mellie Cynthia.
[ This article is also available in English. See all of our Indonesian (Bahasa Indonesia) coverage. ]
More In this Series
Annual & Monthly subscriptions available.
- Print & Digital Issues of CT magazine
- Complete access to every article on ChristianityToday.com
- Unlimited access to 65+ years of CT’s online archives
- Member-only special issues
- Learn more
Read These Next
- TrendingAmerican Christians Should Stand with Israel under AttackWhile we pray for peace, we need moral clarity about this war.Russell Moore
- From the MagazineFrozen Embryos Are the New Orphan CrisisMore than a million unused IVF embryos are in cryostorage. Are they the next pro-life frontier?Kara Bettis CarvalhoespañolPortuguês
- Editor's PickThe Global Church in 2023: CT’s Top 20 International StoriesOur most-read stories from around the world, from Brazil to Cambodia to Germany.CT Editors
Bagaimana Pengaruh Islam Radikal di Indonesia?
- Sections
The Magazine
Special Sections
Blog Forum
Topics & People
Help & Info